1. Manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita
2. Kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan
3. Seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai
Faktor manusia yang
mau mencapai cta-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada yang
tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan
khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang
senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang akan dicita-citakan
karena kurang mengukur dengan kemampunnya sendiri. Sebaliknya dengan
anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang di cita-citakan.
Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh suatu
perjuangan hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita
merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan
dirinya puas.
Faktor Kondisi yang
mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang
menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan
kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor
yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu
cita-cita.
Faktor tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi
bintang
dilangit. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan
mencapainya, demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu.
Apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara
ada anjuran, agar seseorang menemukan cita-citanya yang sepadan atau
sesuai dengan kemampuannya. Pepatah mengatakan "bayang-bayang setinggi
badan" artinya mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya.
Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai
apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh
perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi
yang dilalui.
Suatu cita-cita
tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan bangsapun memiliki
cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan
suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang
merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki
keadilan dan kemakmuran.
3. Makna Kebajikan
Kebajikan atau
kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama
dengan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama, dan etika.
Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik,
makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat
baik.
Manusia adalah
seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur
terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia
mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, seringkali
manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia
merupakan makhluk sosial : manusia hidup bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota
masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling
merugikan dan sebagainya.
Manusia sebagai
makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan.
Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani
dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu ;
∗ Manusia sebagai makhluk pribadi
∗ Manusia sebagai anggota masyarakat
∗ Manusia sebagai makhluk Tuhan
Sebagai makhluk
pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang yang baik dan apa
yang yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati adalah
semacam bisikan didalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang
dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah
laku. Jadi sura hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab
itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia.
Misalnya orang tahu bahwa membunuh itu buruk, jahat, suara hatinya
mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara
hatinya.
Suara hati
selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk
berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karana itu, kalau seseorang untuk
berbuat sesuatu sesuai sdengan bisikan suara hatinya, maka orang
tersebut perbuatannya pasti baik. Karena merupakan anggota masyarakat,
maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat.Setiap masyarakat
adalah kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada
hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat
itu. Sebagaimana sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan
yang baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun
pasti suara hatinya juga menginginkan yang baik.
Sesuatu yang
baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi
dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/
masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang
didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian seseorang harus tunduk
kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Sebagai makhluk
Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan
selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan
menghilangkan
perbuatan yang tidak baik. Jadi untuk mengukur perbuatan baik buruk,
harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan
berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan
itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati
masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun,
berbahasa baik, bertinkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun,
berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Baik buruk,
kebajikan dan ketidak bajikan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman.
Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidak bajikan.
Namun ada pula
kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebajikan. Kebajikan
semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang
bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.Kebajikan nyata dapat
dirasakan dalam tingkah lakunya, karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri
sehingga tingkah laku setiap orang berbeda beda.
4. Makna Sikap Hidup
Sikap
hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa positif,
bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung pada pribadi
orang itu dan juga lingkungannya.
Sikap
itu penting, setiap orang mempunyai
sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat
dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap ini terjadi
melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap tegas,
berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik kearah
sikap itu. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan
lingkungan.
Dalam
menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau
menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis ini
disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus, sikap
berani, sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.
Sikap
nonetis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut,
sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan dari diri pribadi, karena sangat merugikan
baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
Dalam
berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, ada semacam
kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses sosialisasi
dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap objek tertentu pada
dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang
bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan untuk
bereaksi terhadap objek tersebut
Dalam
kurun waktu setengah abad terakhir inipengkajian terhadap sikap manusia,
khususnya yang dilakukan oleh disiplin spikologi sosial, ada yang mengatakan
sikap berpangkal pada pembawaan atau kepribadian, ada yang menempatkan sikap
sebagai motif atau sesuatu kontruk yang mendasari tingkah laku seseorang, dan
ada pula yang mengidentikkan sikap sengan keyakinan, kebiasaan, pendapat atau
konsep-konsep yang dikembangkan oleh seseorang. Bahwa mengidentifikasi sikap
tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih
dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian
sikap menunjukkan konotasi ada kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus
tertentu, sementara dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan
rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
Menurut
T. M. Newcomb, sikap manusia bukanlah suatu kontruk yang berdiri sendiri, akan
tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan yang lain,
seperti dorongan, motivasi, nilai-nilai sikap. Dorongan adalah keadaan organisme
yang menginisiasikan kecendrungan kearah aktivitas umum. Motivasi adalah
kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku dan
bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku
bermotivikasi, sedangkan nilai-nilai adalah sasaran atau tujuan yang bernilai
terhadap berbagai pola sikap dapat.
Menurut
Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia
dari zaman ke zaman dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat
adanya 3 periode peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya.
Ketiga pagiode itu adalah:
a.
Tahap
mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau
kekuasaan kesuburan
b.
Tahap
antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia menyusun
suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu (antologi) dan
mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu)
c.
Tahap
fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia
modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap mitis), ia tidak
lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap
antologis).
Sementara
itu Franz Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang terjadi kendala bagi
manusia dalam upaya memenuhi ataupun mempertahankan sikap hidup, kedua bahaya
yang dimaksud adalah nafsu dan pamrih.
Nafsu
adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan
sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir. Nafsumemperlemah manusia
karena pemborosan kekuatan-kekuatan batin tanpa guna. Seseorang yang dikuasai
nafsu, boleh jadi tidak lagimenuruti akal budinya, tidak bisa lagi mengembangkan
segi-segi halusnya, semakin mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik dan
ketegangan-ketegangan dalam masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan
ketentraman.
Pamrih
dan egoisme juga menjadi musuh manusia. Ini bias dimengerti mengingat seseorang
yang bertindak lantaran pamrih semata-mata biasanya cendrung mengusahakan
kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan masyarakat. Dilihat dari
kacamata sosial pun pamrih itu selalu mengacau karena merupakan tindakan tanpa
perhatian terhadap keselarasan sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah
manusia dari dalam, karena sikap yang
mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya sendiri. Dengan demikian
itu ia mengisolasikan dirinya sendiri dan memotong diri dari sumber
kekuatan batin yang tidak terletak dalam
individualitasnya, melainkan dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada
dasar jiwa mereka.
Menurut
Soetrisno dalam bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin Falsafah
Hidup Orang Jawa, ia melihat adanya tiga, yaitu:
a.
Selalu
ingin menang sendiri
b.
Selalu
ingin benar sendiri
c.
Hanya
mementingkan kebutuhannya sendiri
Selain
yang tertera diatas ada juga sikap lain yang dianggap kurang baik, yaitu
kebiasaan untuk menarik keuntungan sendiri dari setiap situasi tanpa
memperhatikan masyarakat kecendrungan untuk memperoleh hak yang lebih dibanding
orang lain dengan alasan juga yang diberikannya.
5. Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup
Akal
dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri
manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan
dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut adalah
pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari kehidupannya lebih
kompleks.
Pandangan
hidup berupa suatu penggaris yang mungkin dapat dinyatakan dengan kata-kata
sebagai rumusan juga dapat dikatakan rumusan:
a.
Orang
yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.
b.
Juga
karena ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/ bertindak yang
melanggar prinsip-prinsip yang dikatakan.
c.
Dan
khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup dari anak-anak
atau orang yang di bimbing.
Menurut
Drijarko S. J. Mengatakan bahwa manusia itu serba terhubung dengan dunia jasmani
sekitarnya, terhubung erat dengan masyarakat dan akhirnya manusia itu tergantung
seluruhnya pada yang ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.
Pandangan
hidup adalah Filsafat hidup. Sesuai dengan arti filsafat yaitu cinta akan
kebenaran tentulah bentuk kebenaran yang akan dicapai kebenaran yang dapat
diterima oleh siapa saja.
Kesadaran
akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan
kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu
mengintai dirinya, baik yang fisik maupun yang non fisik, seperti penyakit,
bencana alam, kegelisahan, ketakutan.
Banyak
orang yang pandangan hidupnya didasari pandangan-pandangan hidup untuk
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya; pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat
mendekati kematiannya mulai berbuat seperti orang-orang yang hidup
beragama.
Jadi
pandangan hidup merupakan keseluruhan garis dan kecendrungan jalan-jalan dan
nilai-nilai yang akan dicapaiuntuk landasan semua dimensi kehidupan. Dengan
demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia.
Sayangnya manusia tidak memahami dan menyadarinya, sehingga banyak orang yang
memeluk sesuatu agama semata-mata atau sadar keturunan. Akibatnya banyak orang
yang beragama hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya, atau sering
dikenal dengan agama KTP. Padahal urusan agama adalah urusan akal, seperti
dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW: “Agama
adalah akl, tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak
berakal”.
Maksud
Nabi Muhammad SAW tersebut adalah agar manusia dalam memilih suatu agama
benar-benar berdasarkan pertimbangan akalnya, dan bukan semata-mata karena asas
keturunan. Hal ini di tegaskan dalam firman Allah SWT, surat Al-Baqarah ayat 236
yang artinya: “Tidak ada paksan untuk
memasuki suatu agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan (agama) yang benar
dan jalan (agama) yang salah”.
Dalam
firman Allah SWT itu tersirat bahwa betapa Dia menghargai akal manusia. Dia
hanya menawarkan atau mendorongkan ini yang baik dan ini yang buruk. Akhir
keputusan terserah kepada manusia, sebab manusia mempunyai akal. Dan Allah SWT
telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 19 yang artinya: ”Agama yang benar bagi Allah itu hanyalah
Islam”. Namun agama apa yang akan dipilih oleh manusia sebagai sandaran
hidupnya, diserahkan hidupnya kepada manusia itu sendiri.
Pandangan
hidup ternyata sangat penting, baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di
akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan
pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal, bukan sekedar
ikut-ikutan saja.
Pandangan
hidup berbeda dengan cita-cita. Cita-cita misalnya:
ü
Ingin
punya istri cantik, terpelajar tapi setia
ü
Ingin
punya suami tinggi, tampan (simpatik), pilot dan setia
ü
Ingin
jadi insinyur, doktor, atau pilot
ü
Ingit
hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun
Sedangkan
pandangan hidup:
ü
Hidup
bahagia, sejahtera
ü
Hidup
sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta kasih
ü
Hidup
panjang umur untuk sanad kerabat dan dirinya serta bahagia, penuh cinta
kasih
SUMBER : http://isnaenicandra.blogspot.com/2013/01/tugas-manusia-dan-pandangan-hidup.html